Jumat, 22 April 2011

BATAGOR JEPANG TAKASHI MURA

Ridwan Abadi
Batagor Takashi Mura
Griya Shanta L126, Soekarno-Hatta, Malang
Telp.0341413235-08563755755



Berbisnis adalah keberanian. Keberanian untuk memulai , keberanian untuk belajar dan berani untuk menciptakan inovasi-inovasi baru. Upaya Ridwan abadi (26 th) ‘memoles’ Batagor (Bakso tahu goreng) makanan khas asal bandung menjadi batagor jepang takashi mura merupakan contoh kreatifitasitas sederhana yang dilakukan Ridwan dan menjadikan produk batagor lebih
marketable dan Kini batagor jepang takashi mura merupakan salah satu menu jajanan favorit yang melambungkan usaha kuliner Ridwan lebih berkibar-kibar.
Lelaki kelahiran Belalu, Lampung Barat ini, Sebenarnya datang ke Malang, Jawa Timur hanya dengan satu tujuan. Kuliah tahun 2003 ia diterima di fakultas peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Kedua orang tuanya mewanti-wanti agar ia belajar sungguh-sungguh agar cepat lulus.
Kedua orangtuanya, Sukandar dan Sumarsih. Melepasnya dengan bangga tetapi, sekaligus dengan perasaan sedih, sedih karena ia tahu kemampuan keuangan keluarga sebenarnya tidak memungkinkan untuk membiayai kuliah anaknya. Namun Ridwan memiliki semangat yang kuat dan Ridwan bekerja paruh waktu sebagai marketing kue donat milik seorang teman. Sebagai distributor donat, Ridwan memperoleh rabat sebesar 10% dari donat yang terjual.Tugasnya setiap pagi-pagi sekali ia harus sudah mengantarkan kue donat ke warung-warung, kantin, bahkan di warung kecil-kecil tempat kost-kost mahasiswa di Malang. Sorenya ia mengambil kembali serta menghitung penjualan berapa donat yang laku terjual di tempat-tempat tersebut.
Hasil usaha menjadi marketing donat ternyata lumayan. Setidaknya ia mampu membiayai kuliah, serta biaya hidup dari hasil jerih payah sendiri tanpa harus meminta kiriman uang dari orangtuanya.
Anak kedua dari lima bersaudara ini suatu hari ingin mencoba membuat kue sendiri . Hal ini ia lakukan karena ia sering membantu ibunya membuat kue.” Saya ingin mencoba membuat kue sendiri, dari membuat adonan, memasak, hingga menjualnya,” Cetusnya dengan segala keterbatasan semua ia lakukan sendiri, diruangan sempit, di rumah kost yang ia tinggali

BATAGOR JEPANG

Tahun 2004 ia terinspirasi meningkatnya menu kuliner jepang yang semakin disukai oleh orang Indonesia. Khususnya kalangan menengah atas. Aneka resto jepang banyak berdiri di Malang dan pelanggannya selalu membludak Melihat fenomena tersebut, Ridwan mencoba memutar otak bagaimana dapat membuat aneka usaha makanan jepang dengan modal kecil. Seperti diketahui, untuk membuat sebuah gerai usaha makanan jepang dibutuhkan biaya dan modal yang tidak sedikit.
Tahun 2008, Ridwan membuka Resto Dapur Unick, dengan menu andalan saat itu Batagor. Berbeda dengan Batagor lainnya. Ridwan membuat inovasi Batagor dengan citarasa Jepang, yang terkenal khas dengan ikan, katsu dan saus teriyaki. Bakso pada Batagor Jepang diinovasikan menggunakan bakso ikan tuna murni. Tahu yang digunakan juga tahu pilihan dan dipadu dengan tepung katsu khas masakan jepang dengan variasi saus dengan menggunakan saus teriyaki khas masakan Jepang. Meski bercitarasa jepang, namun harga yang ditawarkan Ridwan relatif murah sehingga ia memberi nama Batagor Jepang Takashi Mura.
Setelah sukses membuka gerai outdor sebanyak 3 gerai dan 1 gerai indoor dengan tanggapan yang sangat memuaskan dari pelanggan, Ridwan yakin usahanya dapat duduplikasi dengan mudah jika ada mitra yang berminat menjalankannya. Tahun 2010 ia memfranchisekan usaha BJTM, dan kini gerainya telah mencapai 30 gerai BJTM di deluruh Jawa, 5 diantaranya adalah gerai milik sendiri. Ridwan memimpikan suatu saat Batagor Jepang Takashi Mura (BJTM) dapat mendunia, go internasional. Dukungan tekhnologi sertifikasi kesehatan dan kehalalan, serta persiapan produk dalam bentuk frozen (beku) sedang disiapkan sebaik-baiknya. Ia berharap Batagor Jepang Takashi Mura nantinya akan menjadi produk makanan yang digemari masyarakat dan tersedia dengan mudah di supermarket atau hypermart diseluruh indonesia maupun mancanegara. Ridwan juga mengembangkan gerai Batagor Jepang Takashi Mura (BJTM) di berbagai tempat sdan lokasi dengan berbagai menu dan variasi.
Harga dari batagor bapak Ridwan sendiri Rp 800 hingga Rp 2.000 per item makanan. Pembeli bisa memadupadankan seporsi batagor dengan jenis makanan lain.
Saat ini, Ridwan mempunyai tiga gerai di Malang. Setiap gerainya bisa menjual 600-1.000 item makanan sehari, dengan omzet Rp 18 juta per bulan per gerai.
Dia optimistis dengan bisnis ini karena rutin mengeluarkan menu-menu baru setiap dua bulan sekali.

ROYALTY SETELAH BEP

Berharap usahanya kian maju, Ridwan menawarkan konsep kemitraan sejak Februari tahun ini. Dia telah menggandeng 17 mitra, yang tersebar di Surabaya, Semarang, Salatiga, Ambarawa, Kudus, Demak, Tangerang, dan Depok
Ada tiga paket kemitraan BJTM, yakni Paket Gerobak dengan investasi awal Rp 25 juta, Paket Booth Rp 35 juta, dan Paket Indoor Rp 50 juta. Nilai tersebut sudah termasuk biaya jalinan kerjasama selama tiga tahun Rp 10 juta. Setelah tiga tahun, mitra bisa melanjutkan kerjasama dengan membayar Rp 10 juta.
Selama kerjasama, mitra harus membeli bahan baku dari pusat, seperti beragam makanan dan saus BJTM. Omzet Ridwan dari penjualan bahan baku ke mitra Rp 60 juta-Rp 90 juta per bulan.
Syarat lainnya mengenai pungutan royalti. Ridwan bakal mengutip royalti sebesar 2,5 persen dari omzet per bulan para mitranya. “Tapi pemungutan royalti setelah mitra balik modal,” katanya.
Salah seorang mitra BJTM, Tri Purwanto, mengaku respon pasar atas gerai yang dibuka belum genap sebulan tersebut cukup bagus. Dia membuka gerai di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Tiap hari, dia menjua150 porsi batagor dengan kisaran harga Rp 8.000 per porsi. Artinya, omzet yang diraup Tri mencapai Rp 400.000 sehari. “Saya ambil untung 30 persen,” katanya.
Jika respon pasar stabil, Tri memprediksi usahanya bakal balik modal dalam 10 bulan. Karena optimisme itu, dia sudah mulai melirik area lain untuk mendirikan gerai BJTM. Tri bakal membuka BJTM di sentra jajanan Telogo Sari dan Tembalang.
Dari hasil mengembangkan usaha ini Ridwan mampu memberikan lapangan kerja kepada 35 orang karyawan, dan kini meski januari 2011 lalu ia telah lulus dan menyandang sebagai Sarjana Perternakan (SPT) dari fakultas peternakan, Universitas Brawijaya , Malang. Ia tak harus menenteng-nenteng ijasahnya untuk digunakan mencari pekerjaan. Ia bukan lagi sebagai job secker tetapi telah menjadi job creator hanya dengan membuat inovasi batagor biasa Menjadi Batagor Jepang Takashi Mura.

Sumber :
MAJALAH :WIRAUSAHA & KEUANGAN
Edisi 85 Februari 2011

Web :
http://joglohandycraft.wordpress.com/category/inspirasi-bisnis/page/4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar